Double F.News - Situs Sangiran adalah salah satu situs manusia purba yang ada di Indonesia. Situs Sangiran terletak di dua wilayah kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, dengan luas 59,21 kilometer persegi. Situs ini dikelola Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, salah satu unit pelaksana teknis (UPT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Museum
Sangiran yang terletak di kawasan Situs Sangiran dibagi menjadi lima
klaster. Klaster pertama adalah Klaster Krikilan yang berfungsi sebagai
pusat kunjungan atau visitor center,
yang memberikan informasi secara lengkap tentang Situs Sangiran.
Kemudian ada Klaster Dayu, Klaster Bukuran, Klaster Ngebung, dan Museum
Manyarejo. Situs ini buka pada hari Selasa hingga hari Minggu, pukul
08.00 s.d 16.00 WIB. Pengunjung hanya dikenakan harga tiket sebesar
Rp 5.000,- per orang untuk dapat menikmati wisata edukasi di situs
manusia purba ini. Seperti museum lainnya, Situs Sangiran tutup pada
hari Senin untuk proses pembersihan dan perawatan koleksi.
Saat
ini Situs Sangiran tidak hanya dikenal di Indonesia, melainkan juga di
dunia internasional sebagai situs yang mampu menyumbangkan pengetahuan
penting mengenai bukti-bukti evolusi (perubahan fisik) manusia, evolusi
fauna, kebudayaan, dan lingkungan, yang terjadi sejak dua juta tahun
yang lalu. Karena nilai-nilainya, Situs Sangiran telah ditetapkan
sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO. UNESCO menetapkan Situs
Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia Nomor 593 pada tahun 1996 dengan
nama The Sangiran Early Man Site.
Nama
Situs Sangiran mulai dikenal sejak seorang peneliti Belanda bernama Von
Koenigswald melakukan penelitian pada tahun 1934. Pada waktu itu Von
Koenigswald menemukan alat-alat batu hasil budaya manusia purba dalam
penelitiannya di Situs Sangiran. Selanjutnya pada tahun 1936
ditemukanlah fosil manusia purba pertama di Situs Sangiran. Setelah itu,
tahun demi tahun penelitian semakin banyak dilakukan di Sangiran yang
menghasilkan berbagai temuan, baik berupa fosil manusia, fosil hewan,
alat tulang, dan alat batu.
Mendengar
nama Situs Sangiran, mungkin yang terbayang dalam pikiran kita adalah
“fosil dan fosil”. Namun, kekayaan arkeologis yang ada di Situs Sangiran
tidak hanya fosil, tetapi juga alat-alat batu hasil budaya manusia
purba serta lapisan tanah purba yang dapat menunjukkan perubahan
lingkungan alam sejak dua juta tahun lalu sampai sekarang tanpa
terputus.
Situs
Sangiran beserta semua kandungan arkeologis yang ada di dalamnya
merupakan cagar budaya yang penting untuk dijaga dan dilestarikan.
Pelestarian Situs Sangiran penting dilakukan agar semua nilai penting
yang terkandung di dalamnya dapat terus dipelajari, dimanfaatkan, dan
diwariskan kepada generasi yang akan datang. Saat ini pengelolaan Situs
Sangiran dilakukan oleh salah satu UPT Kemendikbud, yaitu Balai
Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, bekerja sama dengan
Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Sragen, dan
Pemerintah Kabupaten Karanganyar.
Upaya
pelestarian Situs Sangiran terus dilakukan dengan berbagai cara, yaitu
dengan kegiatan sarasehan, sosialisasi, dan pemberian imbalan bagi
anggota masyarakat yang menemukan fosil dan menyerahkan fosil temuannya
kepada BPSMP Sangiran. Upaya tersebut terus intensif dilakukan untuk
menyadarkan masyarakat akan pentingnya fosil bagi ilmu pengetahuan.
Selain itu ada juga kegiatan penelitian yang masih terus dilakukan,
pameran keliling di beberapa kota setiap tahun, bioskop keliling,
pembuatan buku/jurnal, konservasi fosil, dan lain-lain.
Kegiatan-kegiatan tersebut sudah dianggarkan setiap tahunnya, sehingga
saat ini dapat menekan penjualan gelap dan aktivitas pencarian fosil
yang dilakukan masyarakat. (Desliana Maulipaksi)
Sumber : Kemdikbud
Tidak ada komentar:
Posting Komentar