Senin, 24 April 2017

Imam Muslim (Imam Para Ahli Hadits)

Salah satu ulama dan imam yang terkenal di kalangan kaum muslimin adalah Imam Muslim penyusun Shahih Muslim. Umat Islam banyak membaca hadits-hadits yang beliau riwayatkan. Walaupun tidak semua orang merasa ingin tahu lebih jauh tentang nama yang mereka baca itu. Berikut ini biografi singkat dari Imam Muslim, mudah-mudahan menambah rasa cinta kita pada beliau.

Nasab dan Kelahiran

Nama beliau adalah Muslim bin al-Hajjaj bin Muslim bin Ward bin Kusyadz al-Qusyairi an-Naisaburi. Qusyair adalah kabilah Arab yang dikenal. Sedangkan Naisabur adalah sebuah kota yang masyhur di wilayah Khurasan. Kota ini termasuk kota terbaik di wilayah tersebut. Kota yang terkenal dengan ilmu dan kebaikan.

Imam Muslim dilahirkan di Naisabur pada tahun 206 H/821 M. Kun-yahnya adalah Abu al-Husein. Dan laqob (panggilan) atau digelari dengan al-Hafizh, al-Mujawwid, al-Hujjah, ash-Shadiq.

Masa Kecil

Imam Muslim dibesarkan di rumah yang penuh dengan ketakwaan, keshalehan, dan ilmu. Ayahnya, Hajjaj bin Muslim al-Qusyairi, adalah seorang yang mencintai ilmu. Sang ayah rajin hadir di majelisnya para ulama. Ayahnya mendidiknya dengan semangat keshalehan dan cinta ilmu yang ia miliki itu.

Imam Muslim rahimahullah memulai perjalanan belajarnya di usia belia. Safar pertama ia lakukan saat ia berusia tidak lebih dari 18 tahun. Mulai saat itu, sang imam muda mulai serius mempelajari hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Imam adz-Dzahabi mengatakan, “Kali pertama ia mendengar kajian sunnah (hadits) adalah saat usianya menginjak 18 tahun. Ia belajar dari Yahya bin Yahya at-Tamimi.”

Guru-Guru Imam Muslim

Imam Muslim memiliki guru yang banyak. Jumlahnya mencapai 120 orang. Di Mekah, ia belajar kepada Abdullah bin Maslamah al-Qa’nabi. Ialah gurunya yang paling senior. Ia mengunjungi Kufah, Irak, al-Haramain (Mekah dan Madinah), dan Mesir untuk mempelajari hadits.

Di antara guru-gurunya adalah Yahya bin Yahya an-Naisaburi, Qutaibah bin Said, Said bin Manshur, Ahmad bin Hanbal, Ishaq bin Rahuyah, Abu Khaitsamah Zuhair bin Harb, Abu Kuraib Muhammad bin al-‘Ala, Abu Musa Muhammad bin al-Mutsanna, Hunad bin as-Sirri, Muhammad bin Yahya bin Abi Umar, Muhammad bin Yahya adz-Dzuhali, al-Bukhari, Abdullah ad-Darimi, dll.

Murid-Muridnya

Kedudukan yang tinggi dalam keilmuan membuat pelajar dari segala penjuru datang untuk belajar kepada Imam Muslim. Di antara mereka adalah Ali bin al-Hasan bin Abi Isa al-Hilali, beliau adalah murid seniornya. Kemudian Husein bin Muhammad al-Qabani, Abu Bakr Muhammad bin an-Nadhar bin Salamah al-Jarudi, Ali bin al-Husein bin al-Juneid ar-Razi, Shalih bin Muhammad Jazrah, Abu Isa at-Turmudzi, Ahmad bin al-Mubarak al-Mustamli, Abdullah bin Yahya as-Sarkhasi al-Qadhi, Nashr bin Ahmad bin Nashr al-Hafizh, dll.

Warisan Imam Muslim

Imam Muslim meninggalkan banyak karya tulis, ilmu yang luas, yang tak layak disia-siakan. Dari sekian banyak karya beliau, ada yang masih ada hingga sekarang. Ada pula yang telah hilang. Di antara karya tulis beliau adalah:

Ash-Shahih (Shahih Muslim). Inilah karya beliau yang paling mashur di tengah kaum muslimin;

At-Tamyiz,

Al-‘Ilal,

Al-Wuhdan,

Al-Afrad,

Al-Aqran,

Su-alatihi Ahmad bin Hanbal,

Kitab Amr bin Syu’aib,

Al-Intifa’ bi Uhubi as-Siba’,

Kitab Masyayikh Malik,

Kitab Masyayikh ats-Tsauri,

Kitab masyayikh as-Su’bah,

Man Laysa Lahu Illa Rawin wa Ahadin,

al-Mukhadhramin,

Awlad ash-Shahabah,

Awham al-Muhadditsin,

ath-Thabaqat,

Afrad asy-Syamiyyin.

Baca juga : Sang Penjamu Nabi Dialah Abu Ayyub al-Anshari

Metodologi Imam Muslim Dalam Meriwayatkan hadits

Imam Malik rahimahullah menulis kitab al-Muwaththa. Sebuah kitab yang menjadi landasan hukum-hukum dari kitab ash-Shahih al-muttafaq ‘alaih. Buku hadits ini disusun berdasarkan bab-bab fikih. Imam Muslim meneliti kembali jalur sanad hadits-haditsnya yang berbeda-beda. Menyusun hadits-hadits dari beberapa jalur dan dari periwayat yang berbeda-beda. Demikian juga, beliau susun hadits-hadits dalam bab yang berbeda-beda sesuai dengan makna yang dikandungnya.

Kemudian datang Muhammad bin Ismail al-Bukhari. Imamnya para ahli hadits. Ia memilah hadits-hadits, dan meriwayatkannya di dalam shahihnya dengan cara mengelompokkan jalur periwayatan dari kalangan penduduk Hijaz, Irak, dan Syam. Imam al-Bukhari memilih hadits-hadits yang disepakati keshahihannya dan meninggalkan hadits-hadits yang ke-shahihannya masih diperdebatkan. Ia mengelompokkan hadits-hadits dengan kandungannya masing-masing.

Setelah itu Imam muslim bin al-Hajjaj al-Qurasyiri rahimahullah menyusun pula kitab shahih. Beliau meniru langkah yang dilakukan Imam al-Bukhari. Yaitu hanya menukil hadits-hadits yang disepakati saja ke-shahihannya. Berbeda dengan Imam al-Bukhari, Imam Muslim menghapus riwayat yang berulang. Kemudian mengumpulkan jalan-jalan sanadnya di tempat yang sama. Dan mengelompokannya dengan bab fikih.

Imam Muslim menghabiskan waktu15 tahun untuk menyusun kitab Shahih-nya. Ahmad bin Salamah mengatakan, “Aku pernah bersama Muslim saat penulisan Shahih-nya. Lama penulisannya 15 tahun.” Ia menulis di negerinya. Hal ini dijelaskan oleh Ibnu Hajar dalam muqaddimah Fathul Bari. Ibnu Hajar mengatakan, “Muslim menulis kitabnya di kampung halamannya. Dengan menghadirkan inti kitabnya saat sebagian besar gurunya masih hidup. Muslim sangat menjaga lafadz hadits dan meneliti redaksinya.”

Pujian Para Ulama

Abu Quraisy al-Hafizh mengatakan, “Aku mendengar Muhammad bin Basyar mengatakan, ‘Di dunia ini, orang yang benar-benar ahli dalam bidang hadits ada empat orang: Abu Zur’ah di Kota Ray, Muslim di Naisabur, Abdullah ad-Darimi di Samarkand, dan Muhammad bin Ismail (Imam al-Bukhari) di Bukhara.”

dinukil dari Abu Abdullah al-Hakim bahwa Muhammad bin Abdul Wahhab al-Farra mengatakan, “Muslim bin al-Hajjaj adalah ulamanya seluruh kalangan. Ia seorang yang paling memahami ilmu.”

al-Hafizh Abu Ali an-Naisaburi mengatakan, “Tidak ada di kolong langit ini sebuah kitab dalam ilmu hadits yang lebih shahih dari kitabnya Muslim.”

Shiddiq bin Hasan al-Qanuji memuji Imam Muslim dengan mengatakan, “al-Imam Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Baghdadi adalah salah seorang imam dan hafizh. Salah seorang imamnya para ahli hadits. Imam masyarakat Khurasan dalam ilmu hadits setelah al-Bukhari.”

Ahmad bin Salamah mengatakan, “Aku melihat Abu Zur’ah dan Abu Hatim lebih mengunggulkan Muslim dalam pengetahuan ash-shahih dibanding ulama-ulama di zamannya.”

Wafat

Usia Imam Muslim bisa dikatakan tidak panjang. Hanya 55 tahun. Beliau wafat dan dimakamkan di Naisabur pada tahun 261 H/875 M, rahimahullah rahmatan wasi’atan. Semoga Allah membalas jasa-jasa beliau terhadap umat Islam dengan sebaik-baik balasan.

Diterjemahkan secara bebas dari : http://islamstory.com/-مسلم_بن_الحجاج_المحدث
                                                       http://kisahmuslim.com

Sang Penjamu Nabi Dialah Abu Ayyub al-Anshari

Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhu adalah sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari kalangan Anshar. Namanya adalah Khalid bin Zaid bin Kulaib bin Malik bin an-Najjar. Ia dikenal dengan nama dan kun-yahnya. Ibunya adalah Hindun binti Said bin Amr dari Bani al-Harits bin al-Khazraj. Ia adalah generasi awal memeluk Islam dari kalangan sahabat.

Abu Ayyub meriwayatkan hadits langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Ubay bin Ka’ab al-Anshari radhiallahu ‘anhu. Sementara sahabat-sahabat yang meriwayatkan hadits darinya adalah al-Barra bin Azib, Zaid bin Khalid, al-Miqdam bin Ma’di Karib, Abdullah bin Abbas, Jabir bin Samrah, Anas bin Malik, dll. Dan banyak tabi’in meriwayatkan hadits darinya.

Di antara yang menunjukkan Abu Ayyub adalah orang yang pertama-tama memeluk Islam adalah ia turut serta dalam Baiat Aqabah. Dengan demikian, ia memeluk Islam sebelum Nabi hijrah ke Madinah. Ia juga turut serta dalam Perang Badar dan perang-perang setelahnya. Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tiba di Madinah, beliau tinggal di rumahnya hingga membangun rumah sendiri dan menyelesaikan pembangunan masjid.

Pengaruh Didikan Rasulullah Pada Abu Ayyub

Abdullah bin Abbas menceritakan suatu hari Abu Bakar keluar di siang hari. Saat matahari sedang panas-panasnya. Umar melihat Abu Bakar, kemudian ia bertanya, “Apa yang menyebabkanmu keluar di jam-jam seperti ini Abu Bakar?” “Tidak ada alasan lain yang membuatku keluar (rumah), kecuali aku merasa sangat lapar”, jawab Abu Bakar. Umar menanggapi, “Aku pun demikian -demi Allah- tidak ada alasan lain yang membuatku keluar kecuali itu.”

Saat keduanya dalam keadaan demikian Rasulullah keluar dan menghampiri keduanya. Beliau bersabda, “Apa yang menyebabkan kalian keluar pada waktu seperti ini?” Keduanya mengatakan, “Tidak ada yang menyebabkan kami keluar kecuali apa yang kami rasakan di perut kami. Kami merasa sangat lapar.” Kemudian Rasulullah bersabda, “Aku juga -demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya- tidak ada hal lain yang membuatku keluar kecuali itu. Ayo berangkat bersamaku.”

Ketiganya pun beranjak. Mereka menuju rumah Abu Ayyub al-Anshari

Setiap hari, Abu Ayyub senantiasa menyediakan makanan untuk Rasulullah. Jika istri-istri beliau tidak punya sesuatu untuk dimakan, beliau biasa ke rumah Abu Ayyub. Ketika ketiganya sampai di rumah Abu Ayyub, istri Abu Ayyub, Ummu Ayyub, mengatakan, “Selamat datang Nabi Allah dan orang-orang yang bersama Anda”. Rasulullah bertanya, “Dimana Abu Ayyub?” Abu Ayyub yang sedang bekerja di kebun kurma mendengar suara Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia bersegera menuju rumahnya dan mengatakan, “Marhaban untuk Rasulullah dan orang-orang yang bersamanya.

Abu Ayyub berkata, “Wahai Rasulullah, waktu ini bukanlah waktu kebiasaan Anda datang ke sini.” “Benar,” jawab Rasulullah.

Abu Ayyub segera memetikkan beberapa tangkai kurma kering, kurma basah, dan kurma muda. Kemudian menawarkannya kepada Rasulullah, “Rasulullah, makanlah ini. Aku juga akan menyembelihkan hewan untukmu,” kata Abu Ayyub. “Kalau engkau mau menyembelih, jangan sembelih yang memiliki susu,” kata Rasulullah.

Abu Ayyub kemudian menghidangkan masakannya. Rasulullah mengambil sepotong daging dan meletakkannya pada roti. Kemudian beliau meminta Abu Ayyub, “Wahai Abu Ayyub, tolong antarkan ini untuk Fatimah karena telah lama ia tidak makan yang seperti ini.”

Setelah kenyang, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, “Roti, daging, kurma kering, kurma basah, dan kurma muda.” Beliau menitikkan air mata. Kemudian bersabda, “Demi Dzat yang jiwaku di tangan-Nya. Ini adalah kenikmatan, yang nanti akan ditanyakan di hari kiamat.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dikenal sebagai orang yang senantiasa membalas kebaikan orang lain. Usai menyantap jamuan itu, Rasulullah berkata kepada Abu Ayyub, “Temuilah aku besok.” Keesokan harinya, beliau memberikan seorang anak perempuan untuk membantu-bantu di rumah Abu Ayyub. “Berbuat baiklah engkau padanya,” pesan Rasulullah kepada Abu Ayyub.

Abu Ayyub kembali ke rumahnya. Menemui istrinya dengan membawa budak perempuan itu. “Anak perempuan ini diberikan Rasulullah untuk kita. Beliau mewasiatkan agar kita berbuat baik dan memuliakannya.” Istrinya bertanya, “Kebaikan apa yang akan kau lakukan untuk menunaikan wasiat Rasulullah itu?” “Yang paling utama adalah membebaskannya dengan mengharapkan pahala dari Allah”, kata Abu Ayyub.

Demikian kehidupan sehari-hari Abu Ayyub. Lalu bagaimana keadaannya dalam kondisi perang?

Baca juga : Biografi Sahabat Nabi, Sa’ad Bin Abi Waqqash : Masa Kecil, Remaja, Dan Masuk Islam (Seri 1)


Seorang Mujahid

Abu Ayyub al-Anshari adalah seorang mujahid di jalan Allah. Dikatakan, tidak ada satu perang pun di zaman Rasulullah yang tidak ia ikuti. Setelah Rasulullah wafat, ia tetaplah seorang mujahid. Perang terakhir yang ia ikuti adalah di zaman Kekhalifahan Muawiyah bin Abi Sufyan. Yaitu saat Muawiyah menyiapkan pasukan di bawah pimpinan anaknya, Yazid, untuk menyerang Konstantinopel. Saat itu umur Abu Ayyub mencapai 80 tahun. Perang tersebut menjadi perang terakhirnya. Dan ia dimakamkan di sana.

Meriwayatkan Hadits

Di antara hadits-hadits yang diriwayatkan Abu Ayyub al-Anshari dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah:

Diriwayatkan oleh az-Zuhri, dari Atha bin Yazid al-Laitsi, dari Abu Ayyub al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا أَتَى أَحَدُكُمُ الْغَائِطَ فَلاَ يَسْتَقْبِلِ الْقِبْلَةَ وَلاَ يُوَلِّهَا ظَهْرَهُ ، شَرِّقُوا أَوْ غَرِّبُوا

“Jika kalian hendak buang hajat, maka janganlah menghadap kiblat, jangan pula membelakanginya akan tetapi hadaplah timur dan barat.”

Dari al-Barra bin Azib, dari Abu Ayyub al-Anshari radhiallahu ‘anhuma, ia berkata,

خرج رسول الله صلى الله عليه وسلم بعدما غربت الشمس. فسمع صوتا. فقال “يهود تعذب في قبورها”.

“(Satu saat), Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar setelah tenggelam matahari; beliau mendengar suara, lalu bersabda, “(Mereka itu adalah orang-orang) Yahudi yang disiksa di dalam kubur mereka”

Dari Ibnu Syihab, dari Atha bin Yazid al-Laitsi, dari Abu Ayyub al-Anshari, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلاَثٍ ، يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا ، وَيَصُدُّ هَذَا ، وَخَيْرُهُمَا الَّذِى يَبْدَأُ بِالسَّلاَمِ

”Tidak halal bagi seorang muslim memboikot saudaranya lebih dari tiga hari. Jika bertemu, keduanya saling cuek. Yang terbaik di antara keduanya adalah yang memulai mengucapkan salam.”

Baca juga : Biografi Sahabat Nabi, Sa’ad Bin Abi Waqqash : Masa Kecil, Remaja, Dan Masuk Islam (Seri 2)

Wafat

Abu Ayyub mengisi hidupnya dengan jihad di jalan Allah. Perang terakhir yang ia ikuti adalah saat Muawiyah menyiapkan pasukan di bawah kepemimpinan anaknya, Yazid, untuk menaklukkan Konstantinopel. Saat itu, Abu Ayyub telah menginjak usia 80-an tahun. Tapi tidak membuat ia gengsi untuk berada di bawah kepemimpinan anak muda yang bernama Yazid. Di usia yang senja itu, beliau tetap bersemangat mengarungi lautan menggapai pahala jihad.

Baru saja menginjakkan kaki di sedikit wilayah musuh, ia jatuh sakit. Sehingga tak dapat turut serta lagi dalam peperangan. Yazid menjenguknya dan bertanya, ”Apakah Anda memiliki keinginan?”
”Sampaikan salamku kepada pasukan kaum muslimin. Katakan pada mereka tempuhlah wilayah musuh sejauh mungkin dan bawa jasadku bersama kalian. Agar kalian menguburkannya di bawah kaki kalian di sisi benteng konstantinopel.” Kemudian ia menghembuskan nafasnya yang terakhir.

Dari Said bin Abdul Aziz, dari al-Walid, ia berkata, ”Muawiyah menyiapkan anaknya memimpin pasukan perang 55 H. Sebuah pasukan untuk berperang di laut dan darat. Hingga mereka menembus Teluk. Dan berperang dengan pasukan Konstantinopel di pintu bentengnya dan menguasainya.

Dari al-Ashma’i, dari ayahnya, bahwa Abu Ayyub dimakamkan di dinding benteng Konstantinopel. Di pagi harinya, orang-orang Romawi berkata, “Wahai orang-orang Arab, (kami melihat) terjadi sesuatu pada kalian semalam.” Mereka menjawab, “Telah wafat salah seorang sahabat senior dari Nabi kami.”

al-Waqidi mengatakan, “Abu Ayyub wafat pada tahun 52 H. Yazid mengimami shalat jenazahnya. Ia dimakamkan di sisi benteng Konstantinopel. Sungguh sampai kabar kepadaku bahwa orang-orang Romawi mencari makamnya. Kemudian meminta hujan dengan perantaranya.”

Khalifah mengatakan, “Abu Ayyub wafat pada tahun 50 H.” Sedangkan Yahya bin Bakri berpedapat Abu Ayyub wafat tahun 52 H. Artinya, sejarawan berbeda pendapat tentang tahun wafatnya Abu Ayyub.

Sumber : http://islamstory.com/-أبو_أيوب_الأنصاري
               http://kisahmuslim.com

Tanggal 26 April BNPB Menginisiasi Pencanangan Hari Kesiapsiagaan Bencana


Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menginisiasi Hari Kesiapsiagaan Bencana dengan mengajak semua pihak meluangkan satu hari untuk melakukan latihan kesiapsiagaan bencana secara serentak pada tanggal 26 April.

Inisiasi dari BNPB menjadikan tanggal 26 April sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana tersebut bertujuan untuk membudayakan latihan secara terpadu, terencana dan berkesinambungan guna meningkatkan kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan masyarakat menuju Indonesia Tangguh Bencana.

Kegiatan utama pada Hari Kesiapsiagaan Bencana adalah dilaksanakannya latihan atau simulasi serentak di seluruh wilayah Indonesia, seperti latihan evakuasi mandiri, simulasi kebencanaan, uji sirine peringatan dini, uji shelter dan lainnya.

Harapan dari latihan ini untuk memberikan pengetahuan kepada kita mengenai di mana posisi kita, serta risiko apa yang ada di sekitar kita, lalu apa solusinya dalam merespon risiko bencana tersebut.

Kegiatan latihan evakuasi mandiri di seluruh Indonesia akan dilaksanakan secara serentak di sejumlah lokasi antara lain sebagai berikut: Sekolah di Lingkungan Dinas Pendidikan, Madrasah di lingkungan Kanwil Agama, Pom Bensin Pertamina, Lingkungan PT PAM, Bandara udara, Sekolah di lingkungan Dinas Pendidikan, Madrasah di lingkungan Kanwil Agama, Kantor Pemerintah Daerah, Jajaran TNI/POLRI, Hotel, Kantor Perbankan, Pusat Perbelanjaan Modern (Mall), Apartemen, Kondominium, Rusunawa, Perumahan yang Dikelola Pengembang dan Kawasan Permukiman Penduduk,dll.

Adapun pilihan tanggal 26 April, sebagai Hari Kesiapsiagaan Bencana sebagaimana di sampaikan oleh Kepala BNPB, H.E Willem Rampangilei pada acara sosialisasi persiapan pencanangan Hari Kesiapsiagaan Bencana di Graha BNPB, Jumat (17/03), dilatarbelakangi 10 tahun ditetapkannya Undang-Undang No.24 Tahun 2007 tentang Penangulangan Bencana yang jatuh pada 26 April 2017.

Dimana Undang-undang ini sangat penting karena telah melahirkan berbagai legislasi, kebijakan dan program pemerintah yang mendukung kegiatan mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana. Sebagai titik awal perubahan paradigma dan mengubah cara pandang menyikapi bencana yang semula respon menuju paradigma pengurangan risiko bencana.

Selanjutnya kegiatan ini akan dikembangkan secara nasional menjadi Hari Kesiapsiagaan Bencana di Indonesia yang diharapkan akan ditetapkan secara langsung oleh Bapak Presiden pada 26 April 2018.

“Upaya pengurangan risiko bencana melalui latihan kesiapsiagaan, mitigasi struktural dan non struktural harus diperhitungkan sebagai investasi untuk keberlanjutan usaha dan pembangunan,”jelas Willem.

Semua orang, lanjut Willem, mempunyai risiko terhadap potensi bencana tersebut, sehingga penanganan bencana merupakan urusan semua pihak (Everybody’s business). Oleh sebab itu perlu dilakukan berbagi peran dan tanggung jawab (Shared responsibility) dalam peningkatan kesiapsiagaan disemua tingkatan baik untuk anak, remaja, dan dewasa. Seperti yang telah dilakukan di Jepang untuk menumbuhkan kesadaran kesiapsiagaan bencana.

Willem juga memaparkan, terkait tren bencana kedepan terus cenderung meningkat, diantaranya 92% adalah bencana hidrometeorologi. Peningkatan bencana disebabkan oleh faktor alam dan antropogenik. Faktor alam meliputi dampak perubahan iklim global dimana frekuensi hujan ekstrim makin meningkat dan kerentanan lingkungan. Sedangkan, pengaruh antropogenik meliputi tingginya degradasi lingkungan, permukiman di daerah rawan bencana, DAS kritis, urbanisasi, dan lainnya.

Selain dapat kita ketahui rekapitulasi kejadian dan dampak bencana tahun 2016 dimana terjadi 2,384 bencana yang mengakibatkan 521 jiwa meninggal dunia dan hilang, 3,164 juta jiwa menderita dan mengungsi.

Kerusakan dan kerugian akibat bencana tertinggi masih didominasi oleh gempa bumi dan diikuti oleh bencana banjir dengan rata-rata kerugian setiap tahun akibat bencana sekitar 30 trilyun rupiah.

Berdasarkan hasil kajian risiko bencana tahun 2015 yang disusun oleh BNPB (inarisk.bnpb.go.id), potensi jumlah jiwa terpapar risiko bencana, jumlah kerugian fisik, ekonomi, dan lingkungan, berkategori sedang-tinggi yang tersebar di 34 provinsi, per jenis ancaman bencana adalah sebagai berikut:

Lima jenis bencana jiwa terpapar tertinggi adalah: Puting Beliung sebanyak 244 juta jiwa, diikuti dengan kekeringan sebanyak 228 juta jiwa, dan banjir sebanyak 100 juta jiwa, lalu gempa bumi sebanyak 86 juta jiwa, dan bencana tanah longsor sebesar 14 juta jiwa. Sedangkan untuk potensi kerugian fisik tertinggi untuk ancaman gempa bumi sebesar 467 milyar, dan banjir sebesar 176 milyar, tanah longsor sebesar 78 milyar.

Seterusnya untuk potensi dampak ekonomi tertinggi adalah kekeringan sebesar 192 milyar, diikuti dengan bencana gempa bumi sebesar 182 milyar, dan bencana banjir sebesar 140 milyar.

Selain itu, untuk potensi dampak lingkungan tertinggi adalah ancaman bencana kekeringan 63 ribu hektar, diikuti oleh bencana kebakaran hutan dan lahan 42 ribu hektar, dan tanah longsor sebesar 42 ribu hektar

Sementara itu menurut hasil penelitian dan survey di Jepang, Great Hansin Earthquake 1995, korban bencana yang dapat selamat dalam durasi “golden times” disebabkan oleh : Kesiapsiagaan diri sendiri sebesar 35 %, Dukungan anggota keluarga sebesar 31,9 %, Dukungan teman/tetangga sebesar 28,1%, Dukungan orang disekitarnya sebesar 2,60%, Dukungan Tim SAR sebesar 1,70 % dan Lain-lain sebesar 0,90%.

“Sangatlah jelas bahwa berdasarkan hasil kajian tersebut, maka individu dan masyarakat merupakan kunci utama yang perlu terus ditingkatkan,” ujar Willem.

Atas dasar beberapa kajian dan refrensi hasil survei tersebut, BNPB mendorong masyarakat untuk mampu mengelola ancaman dari bencana yang kerap/berpotensi terjadi di lingkungannya. Masyarakat wajib tahu dan paham apa yang dilakukan saat gempa bumi, kebakaran gedung, tsunami, banjir bandang, tanah longsor atau letusan gunung api terjadi di lokasi mereka berada.

Sumber : Kominfo
*) Badan Penanggulangan Bencana Nasional dan Ditjen Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika.